Mistery Terbaru

Minggu, 11 Oktober 2009

''Peradaban Tak Bertuan''

Peradaban tak bertuan


Ketika manusia berderet rapi menunggu demi selembar tiket pulang kampung berdesakan dan mungkin sampai bergelut dengan sesamanya. Terselip seorang yang dengan mata nanar menatapi setiap orang yang berdiri rapi itu, teliti sekali. dan ia mendekati seorang wanita setengah baya itu yang dari tadi tak bisa diam terus mengeluh, "lama sekali ya", ujarnya terus menerus, laki laki itu hanya mengangguk dan tersenyum sedikit. dan tangan itu sekejap saja telah menyelusup diantara bedak sisir dan perias wajah itu, lalu meninggalkan wanita itu kembali berkeluh, wanita tersadar dan berteriak berteriak, "DOMPET SAYA!!?". sementara laki laki itu berusaha menjauh, hanya sayang dompet itu terjatuh, tak ayal lagi dia menjadi bulan bulanan orang-orang se-stasiun itu. dan laki laki itu terkapar...meregang nyawa.sementara polisi hanya menatap dari posnya," mati kali ya tuh copet?"


Seorang laki laki terkapar tak sadarkan diri di beranda gawat darurat rumah sakit, sekujur tubuhnya terkoyak," dia korban tabrak lari sepulang dari kantornya", ujar pengantar yang sama sekali tak mengenal laki laki muda itu. sementara suster jaga hanya menanyakan identitas si korban dan terus berbalik, tak pernah kembali. laki laki itu masih tak sadarkan diri, dan ketika suster jaga itu di desak oleh pengantar yang harus kembali pulang ke rumahnya -ternyata anaknya juga sakit keras- suster itu hanya berujar dengan santainya, "selesaikan dulu administrasinya baru akan di tangani oleh dokter jaga".


Ibu muda itu dengan wajah lusuh sedikit terburu-buru, tinggalkan bayi tiga bulannya tertidur di kamar, kunci pintu, selipkan kunci itu di bawah keset dan berlalu ke arah matahari terbenam. di jalan ia berpapasan dengan tetangganya tapi tak satu katapun sapaan yang keluar dari mulutnya, penting sekali rupanya. ia lewati pematang sawah yang satu bulan lagi di panen, setelah agak remang sampai ia di depan sebuah rumah yang cukup megah untuk seukuran orang desa. lantai keramik dan furniture keluaran baru terpajang di beranda. ia mengetuk pintu jati itu, " kulonuwun", "Monggo", ada teriakan dari dalam. dan pintu itu pun terbuka, "eh, jeng budi, mari masuk jeng sinetronnya belum mulai kok, baru iklan pasta gigi itu". wanita itu tersenyum, "ah akhirnya sampai juga dan aku ngga kepotong bagian pertamanya",gumamnya.


Gadis muda itu menggigil, dan keluar keringat dingin saat mengetuk pintu kamar nomor 709 itu,"masuk! ngga di kunci!" ada teriakan dari dalam."eh, kamu din? masih kurang yang kemaren?" ujar laki² yang hanya memakai celana kolor itu, gadis muda itu hanya mengangguk kecil." punya duit berapa sekarang?" ujarnya lagi. si gadis muda itu hanya menggelengkan kepalanya. laki laki itu tertawa terbahak- bahak. kamar itu serasa goa untuk gadis muda itu, ditelinganya semua terasa berdengung dan tak pernah terfokus. laki laki itu berujar lagi ," ya sudah buka baju kamu, layani aku dulu baru kau dapatkan satu paket lagi. gadis muda itu mengigil dan ...membuka bajunya. laki laki itu mengambil suntikan kecil lalu membakar sebongkah putih memakai sendok hotel. mata gadis muda itu terpejam kala dua benda menusuknya bersamaan, ....lepaslah semuanya.


"Mari neng, ini ngga galak kok lihat saja dia malah bisa disuruh apa saja." ujar lelaki setengah baya itu sore hari didepan pusat pertokoan megah. ia melambaikan tangannya ke arah seorang wanita muda yang menatapnya. kucing angora hitam yang di pegangnya itu rupanya yang menarik perhatian si wanita muda yang habis berbelanja. ia mendekat lalu bertanya," berapa harganya pak?",tanya si wanita muda itu sambil berjongkok dan mengelus-elus leher kucing yang di rantai itu." murah kok neng cuma 1,5 juta aja, soalnya ini angora asli neng, kalo di pet shop mana mungkin dapet harga segitu", ujar lelaki tua itu. wanita muda itu terperangah, "wah mahal ya". sambil meringis. dia berlalu menuju ke arah angkot di pinggir jalan.Hari sudah semakin sore dan lelaki tua itu pun harus pulang. ia masukan kucing itu kedalam kardus bekas mie instant, kucing kurus itu hanya mampu menatap gelap datang menjelang cepat dan di dalam kardus itu ia tecekat gulita, ia harus melalui hari esok tanpa makanan sedikitpun setelah dia ditangkap di kompleks perumahan itu seminggu yang lalu.


Seorang lelaki perlente baru keluar dari mobil mewah keluaran terbaru yang baru saja dia beli kemarin. telepon genggamnya berbunyi, ia mengangkatnya sambil berjalan tergesa-gesa kearah bangunan berlantai yang tingginya hampir mencapai angka 3 digit."yes hunny, I just arrived at the office, how's your trip? how's london wheater now?", ujarnya sambil memijit tombol lift yang akan membawanya ke ruangan kerjanya. Ia masih berbicara dengan telepon genggamnya saat lift itu terbuka didepan ruangan yang mewah sekali. seorang wanita cantik dengan rok atau mungkin lebih tepat celana pendek ketat mengucapkan salam lalu berjalan di belakang lelaki perlente itu. dia sampai di ruangannya dan mengantungi telepon genggamnya yang telah di matikan, sambil berujar, "kunci pintunya cyn!". wanita muda itupun tersenyum dan melakukan apa yang diperintahkan atasannya itu."ada jadwal apa hari ini cyn? ngga ada meeting dengan perusahaan korea itu lagi kan?" ujarnya sambil melepas jas kebesarannya. wanita muda itu pun melakukan hal yang sama, lalu menjawab," tidak ada pak". "ya sudah sini kamu", ujar lelaki itu lagi sambil duduk di sofa, dan wanita muda itu pun duduk di pangkuan lelaki perlente itu...tanpa segan segan.

Seorang lelaki berpeluh duduk di bilik bicara wartel menunggu sambungan telepon yang baru saja nomornya dipijit. sementara diluar rekannya duduk gelisah sambil sesekali menatap ke bilik bicara itu lalu melihat lagi kearah jam tangannya. telepon pun tersambung, "Hallo" sebuah suara besar mengucapkan salam, lalu lelaki itu pun menyahut, hallo boss, ini saya boss", lalu suara besar itu pune menyahut lagi,"elu john, gimana? udah?", pendeknya. lelaki itu menjawab,"belum boss, dia masih ngga mau ngasih juga". suara besar itu mendengus kesal,"elu gimana sih!! udah habisi aja mereka! habis perkara! kalo cuma buat duit 2 juta aja ngga bisa bayar, bakar aja kalo perlu semuanya!!" dengus suara besar itu, kesal sekali rupanya. lelaki itu menyahut lagi,"tapi boss.." belum selesai dia bicara, suara besar itu menukas," udah lewat satu minggu ini, dia masih belum bayar juga, habisi saja, ntar lo ke bali aja kaburnya, duitnya di transfer nanti kalo lu dah beresin tugas, titik." dan telepon pun terputus. lelaki itu peluhnya semakin mengalir deras, terbayang keluarga di pinggir sungai yang bau itu yang dua anaknya sakit dan harus meminjam uang ke lintah darat, yang tak lain majikannya itu.


Seorang anak lelaki menatap dalam ke ruang keluarga itu. dia serasa berada di sebuah penjara kelas satu yang mempunyai pengamanan berlapis - lapis. padahal sekelilingnya adalah kakak, adik dan kedua orang tuanya. Ia berbadan tegap seperti anak anak lainnya, berparas tampan dan pergi sekolah seperti biasanya. tapi kenapa ruang keluarga itu membisu seribu bahasa? bayangan masa kecilnya berkelebat sekilas, saat dia dipangku oleh kedua orang tuanya bergantian saat dia masih berumur 6 bulan. Dia ingat saat belajar naik sepeda pertama kalinya diajarkan oleh kakaknya pada liburan kelas 2 sekolah dasar. dan ia tersenyum kecil saat ingat pertama kali membuat adiknya menangis saat boneka kecilnya ia sembunyikan di balik jaket ayahnya di lemari pakaian tua itu. Ya ini aku si anak kecil itu..., yang mencintai sesama laki laki ujarnya dalam hati. dan kata - kata itulah yang membuat seluruh ruangan itu bisu.

Kursi itu baru saja ditinggalkan. dan sebuah keputusan sudah dibuat. gadis kecil itu hanya menganga saat menerima keputusan itu. badannya sedikit gemuk dari biasanya, memang. karena dia membawa badan lain di perutnya. saat guru BP itu mengetahuinya dia harus duduk di meja ruangan itu bagaikan terdakwa. padahal ia dan pasangannya sudah siap bertanggung jawab mengikatnya dalam satu perjanjian ijab kabul. dan malah kedua orang tuanya sudah tidak masalah dengan itu. kelahiran adalah hal yang wajar dan itu mungkin di tunggu -tunggu setiap umat manusia di bumi ini. ia sudah berniat baik mengutarakan maksudnya ini ke pihak sekolah, tapi keputusan itulah yang ia dapatkan....kami tidak bisa menerima anda di sekolah ini lagi, ....karena hamil.


Ibu muda itu meregang nyawa dan bermandi peluh pagi itu. dia terduduk di kloset kamar mandi mewahnya. setelah sekian lama mengejan, sang jabang bayi merah itu pun lahir, tangisnya membahana di sekeliling rumah mewah itu. itu adalah suaranya pertama kali yang ia teriakan saat lahir. wanita muda itu terduduk lesu, tapi ia harus cepat-cepat. ditelinganya masih terngiang ucapan ayahnya saat ia berkata," ayah, ibu......saya hamil".ayahnya ternganga dan ibunya pingsan,dan keputusan sang ayah lah yang mengharuskannya terasing di puncak bukit ini selama hampir 6 bulan lamanya," kamu harus aborsi, atau bayimu harus dibuang! memalukan!", kata ayahnya saat itu keras. ia bergegas menuju ke mobil dan mengatakan tujuannya ke sopir pribadinya yang setia menemani. sampai ia di sebuah rumah yang terawat walau rumah tua tapi rapi dan bersih. disambut oleh seorang perempuan setengah baya," sudah lahir bu? aduhh cantiknya...." ujar perempuan setengah baya itu. wanita muda itu hanya menghela nafas dan mengangguk," siapa namanya?"ujar perempuan itu lagi, wanita muda itu menjawab kecil,"Eva,..Eva Minha Querida". yang terpaksa aku titipkan ujarnya dalam hati, ya aku menitipkan darah dagingku di sebuah panti asuhan demi sebuah nama baik keluarga.


Ramai jalanan akhir minggu ini bagaikan ombak lautan manusia yang silih berganti menghempas ke tepi jalan. tak terhitung berapa juta langkah yang tertapaki di jalan itu. di tepi kiri bawah trotoar ada seorang bayi kecil tertidur dengan alas kaus yang dipakai seadanya. dia seakan tak perduli dengan lingkungannya yang penuh hingar bingar klakson dan hilir mudiknya ombak manusia kelebihan duit itu. di depan kepalanya ada sebuah kaleng bekas mentega, yang seperempat sudah terisi uang receh dan beberapa lembar kertas 4 digit kumal. saat sebuah taxi akan mundur sambil membawa penumpang, bayi kecil itu dibangun kan oleh hembusan asap knalpot yang tepat mengenai wajahnya. ia menangis, dan berteriak selepas - lepasnya. tak lama kemudian sorang ibu yang sama berpakaian lusuh seadanya menyeberang mendekat dan meraih bayi kecil itu sambil tak lupa tangan kirinya meraih kaleng mentega itu. rupanya sedari tadi ia memperhatikan anak sewaannya itu dari seberang jalan. uhm... cukup untuk hari ini, gumam wanita itu sambil berlalu ke arah gang gelap di sebelah pertokoan itu. disana sudah berkumpul 4 anak kecil sambil membawa kaleng masing- masing, duduk bersila di depan laki laki perlente yang sedang menghitung uang receh hari itu. tak jauh dari kumpulan itu seorang lelaki setengah baya sedang menguliti luka yang dibuatnya dari campuran tapai, perban dan obat merah, dan mengganti baju lusuhnya dengan pakaian bersih yang tersimpan rapi di kantong yang sejak pagi tadi ada di sana.
"Ah, cukup peranku untuk hari ini" gumamnya, sambil membayangkan istrinya masak apa hari ini di gubuk dekat stasiun di pinggir kali yang sudah menghitam itu.


Sarung lusuh itu menemani lelaki paruh baya sudah hampir seumur dengan anak bungsunya yang baru belajar berjalan sekarang. sarung lusuh itu memeluk erat lelaki paruh baya setiap malam datang menghentak seakan tak mau terpisahkan lagi. warnanya memang sudah sedikit memudar dan koyak disana sini, ya namanya tidak pernah ketemu dengan air sabun, karena setiap pagi datang dia akan masuk kotak di belakang tempat duduk itu. drama itu setiap hari menemani pojokan jalan dekat pasar inpres yang selalu meluber penuh oleh manusia saat pagi hari. lelaki itu termangu dari dalam tempat duduk itu sambil memandangi ibu - ibu yang seakan haus akan semua barang yang ada di pasar itu. Seorang ibu muda menghampirinya dengan tangan penuh oleh hasil belanja pagi itu dan berkata,"Pak kalo ke gang merah berapa?" suaranya melengking mengagetkan lelaki paruh baya itu. dan iapun menjawab, "3000 rupiah aja deh bu, penglaris". si ibu muda itu pun menukas dengan cepat," lahh deket ini, 1500 aja yaa", ujarnya. lelaki tengahbaya itu pun melakukan tawar menawar, dan akhirnya sepakat dengan harga 2000 rupiah saja, untuk jarak 5 kilometer menanjak ke arah utara pasar itu, murah ya. namun baru sekitar 3 kayuhan lelaki setengah baya itu mengayuh, dari arah berlawanan datang 2 truck besar yang salah satunya berisi pasukan tramtib dari pemda setempat, yang dengan kasar tanpa basa basi sedikitpun memberhentikan kayuhan lelaki setengah baya itu. lelaki itu berusaha mempertahankan harta satu - satunya yang menemani dia setiap malamm dan juga alat pencari nafkahnya, tapi hanya tamparan keras yang ia dapatkan sehingga ia tak sadarkan diri. becak itu pun diangkut ke dalam truk dan lelaki itu pun turut dibawa. dan malam sudah menjelang kembali untuk hari ke empat setelah kejadian itu. dan sekarang tidak ada drama pelukan sarung di pojokan jalan dekat pasar inpres itu.


lenguhan itu mengakhiri pergulatan keringat dua anak manusia lain jenis itu. tepat jam 3:42:12 detik pemuda itu mengelosor lemas dari atas wanita setengah baya yang tergeletak mengangkang menahan aliran itu. hanya berselang 3 detik. mendadak suara ketukan pintu kasarnya dan teriakan teriakan yang menyeramkan dari pintu depan, membuat dua anak manusia itu kalang kabut. tak lama si wanita itu keluar dan membukakan pintu dengan hanya menggunakan kimono mandinya. begitu pintu dibuka tampak diluar pak RT dan beberapa orang tukang ronda dan pemuda setempat dengan tampang penasaran dan penuh amarah.beberapa pemuda merangsek kedalam dan meneliti seluruh isi rumah, dan ketika masuk ke kamar utama itu, mereka mendapatkan seorang pemuda sedang terduduk bersembunyi di balik pintu kamar hanya memakai celana kolor terbalik. mereka menyeretnya keluar dan menghakiminya tanpa jeri. pemuda itu hanya mampu merasakan saat mulutnya pecah dihantam bogem mentah, dan pelipisnya sobek dihantam balok kayu dan juga sekujur tubuhnya sedikit demi sedikit membengkak dihantam oleh berbagai macam sepatu. ia hanya terdiam. tak jauh dari sana disebelah pak RT yang terus menghisap rokok kretek dalam-dalam seorang lelaki perlente menatap dengan nanar, ia sudah mengambil keputusan untuk melaporkan semuanya mengenai istrinya dan seorang salesman obat nyamuk itu kepada pak RT, namun tak menyangka akan demikian akhir dari semua itu.
***


Related Posts with Thumbnails